Latar Belakang
Makanan pada hakekatnya adalah
salah satu unsur kehidupan yang utama, selain unsur kehidupan yang lain. Di
setiap lingkungan, makanan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Tidak terkecuali pada lingkungan kampus, makanan menjadi salah
satu prioritas utama yang harus ada dan tersedia di lingkungan kampus.
Dengan menjadi salah satu hal
yang dibutuhkan oleh mahasiswa yang jumlahnya tidak sedikit, selain masalah
harga, kualitas makanan juga harus diperhatikan. Makanan yang disediakan
haruslah bisa memenuhi kebutuhan mahasiswa.
Selain kualitas makanan yang
tersedia di lingkungan kampus. Kebersihan makanan tersebut juga harus
diperhatikan. Sebenarnya masalah kebersihan makanan di lingkungan kampus merupakan
salah satu kewajiban pihak kampus untuk mengontrolnya. Jika makanan yang dijual
di lingkungan kampus tidak dikontrol baik secara langsung maupun tidak oleh
pihak kampus, maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi.
Sering kali mahasiswa bukan mencari
makanan dari segi kualitasnya, namun dari segi harganya. Mahasiswa terkadang
lebih memilih makanan yang murah untuk mengisi perut yang lapar. Salah satu
jenis makanan yang sering mahasiswa beli adalah gorengan.
Gorengan merupakan salah satu
jenis makanan yang khas di Indonesia. Selain harganya yang murah, gorengan juga
cukup mengenyangkan. Karena itulah mahasiswa yang mungkin memang sedang
mengirit uang atau hanya ingin makanan ringan namun mengenyangkan, lebih
memilih gorengan untuk dibeli dibandingkan dengan makanan berat yang
kualitasnya berada jauh di atas.
Namun akhir-akhir ini, muncul
beberapa kabar yang kurang mengenakan terkait dengan gorengan yang dijual luas.
Banyak pedagang-pedagang licik yang mencampur minyak mereka dengan plastik
dengan tujuan tertentu. Ini menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan terutama di
lingkungan yang ramai pembelinya seperti lingkungan kampus.
Maksud dan Tujuan
Kami melakukan sebuah wawancara di salah satu kampus
Gunadarma, tepatnya di lingkungan kampus E Universitas Gunadarma. Kami
melakukan wawancara dengan salah satu penjual gorengan yang berada di
lingkungan tersebut.
Kami melakukan wawancara dengan tujuan untuk mencari tahu
apakah salah satu sampel penjual gorengan di lingkungan kampus tersebut ada
yang memakai minyak yang dicampur dengan plastik. Dan juga untuk mendapatkan
respon mengenai masalah tersebut secara umum.
Topik Wawancara
Topik wawancara
yang kami lakukan di lingkungan kampus tersebut adalah selain untuk mendapatkan
info umum tentang penjual tersebut, juga untuk mendapatkan reaksi mengenai
masalah gorengan yang sempat menjadi sorotan di media masa. Bukan karena hal
yang positif, melainkan karena hal yang negatif.
Waktu
dan Tempat Kegiatan
Kami melakukan wawancara pada tanggal 4 Mei 2016 sekitar
pukul 11.00 WIB. Wawancara tersebut dilakukan di lingkungan kampus E
Universitas Gunadarma.
Laporan
Wawancara
Salah satu penjual yang kami wawancarai adalah penjual
yang bernama Bang Jawi (29). Bang Jawi adalah salah satu penduduk lama di
daerah Kelapa Dua, beliau telah tinggal di daerah tersebut sejak tahun 2002.
Meskipun telah menjadi penduduk lama di daerah ini.
Beliau mulai berjualan gorengan pada tahun 2010 dan memakai sebuah gerobak
kecil sebagai tempat berjualannya. Bang Jawi biasanya mulai berjualan di daerah
sekitar Kampus E sejak jam 10 pagi, di mana kebanyakan orang mulai mencari
makanan kecil untuk disantap. Beliau terus berjualan sampai matahari terbenam
tepatnya pukul 6 sore.
Beliau mendapatkan bahan-bahan untuk membuat gorengan
tersebut dengan membelinya di sebuah Pasar di daerah Depok. Terkecuali untuk
bahan jadi seperti tahu dan tempe yang beliau dapatkan dari kiriman rutin.
Berhubungan dengan bahan yang beliau gunakan, beliau
mengatakan bahwa berjualan haruslah memakai cara yang bersih, beliau tidak
ingin memakai bahan-bahan yang sudah terlalu lama disimpan karena kemungkinan
bahan tersebut sudah tidak bagus untuk dikonsumsi.
Beliau berkata, pedagang-pedagang lain yang terkadang
muncul di sebuah berita umum tidaklah memperdulikan kebersihan dari dagangan
yang disediakannya. Beliau juga menjadi merasa tidak enak dikarenakan adanya
sebuah berita negatif tentang makanan yang dijualnya, meskipun beliau bukanlah
salah satu dari pedagang-pedagang seperti itu.